Senin, 26 April 2010

Geliat Bisnis Di Tanah Abang

Geliat Bisnis Di Tanah Abang

Kehadiran monorel membuat Tanah Abang melambung. Harga kiosnya pun dipatok sangat tinggi.

Kalau ada tebak-tebakan, dimana properti termahal di Asean, Anda mungkin menjawab Orchad Road (Singapura). Tapi, kalau sudah menyambangi Tanah Abang, Anda mungkin merevisi jawaban itu. Pasalnya, harga kios baru di Blok A yang terbakar tahun lalu itu, paling murah Rp110 juta, termahal Rp425 juta.

Itu harga satu meter persegi (m2), bukan satu kios. Artinya, untuk kios ukuran 2 x 2 m, Anda harus merogoh Rp415 juta — Rp1,3 miliar! Sebagai perbandingan, harga kios termahal di lantai dasar ITC Mangga Dua Rp150 — 200 juta/m2. Itu harga seken. Waktu dibeli pada 1990 hanya Rp15 -Rp20 juta. Jadi, kios di Tenabang adalah properti termahal di Indonesia, mengalahkan harga properti di pusat bisnis Jakarta (CBD).

Padahal, statusnya bukan hak milik (strata title) seperti ITC, tapi hak pakai 20 tahun. Menurut Djan Faridz, Direktur PT Priamanaya. developer yang ditunjuk PD Pasar Jaya mengembangkan Blok A, dalam iklan di Kompas (10/9/2004), dengan status sebagai pasar tekstil dan produk tekstil (TPT) terbesar, harga itu wajar. Satu meter persegi areal di pasar ini ekivalen dengan Rp200 juta, katanya.

Pasar 14 lantai itu memang tidak kumuh, panas dan sumuk kayak dulu lagi. Kios-kiosnya memakai folding gate, tapi plafonnya gipsum, lantai keramik Essenza, dan semua ruang berpendingin (lihat tabel Janji Fasilitas Di Tenabang). Masih di Blok A, PT Priamanaya juga mengembangkan Jembatan Blok A. Yang sudah di-developed zona satu dan dua. Harganya Rp650 juta — Rp814 juta/unit.

Persis di depan Blok A, PT Rointa Eka Jaya sudah lebih dulu mengembangkan pusat grosir empat lantai Metro Tanah Abang (termasuk Jembatan Metro) di atas lahan 0,6 ha. Harga kiosnya sama mahalnya, Rp360 juta — Rp925 juta/unit. ( estate )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

addme